SELAMAT DATANG DI GUBUK KAMI


Sekali waktu di bulan Agustus 2010, saya mampir dan mengunjungi Pastor Ernst Waser, SVD, seorang misionaris Swiss yang bertugas di Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng, Manggarai - Flores. Tatkala berpamitan dengan beliau, pastor yang sederhana ini berjabatan tangan dengan saya sambil berucap, "Engkau anak petani, saya juga anak petani. Jangan pernah engkau tinggalkan mereka dan mari kita bersama membangun petani!"


Kami memang berbincang tentang petani, anak petani, kursus pertanian dan pendidikan petani. Tentu tak sekedar mengobrol tentang karya yang satu ini. Tapi saya melihatnya sebagai karya yang sungguh vital dalam karya Gereja. Bicara tentang pertanian, kita sentuh tentang soal pangan. Dan tanpa pangan tak ada kehidupan. Gereja sendiri mendasarkan kehidupannya pada PANGAN ABADI, EKARISTI. Yesus Kristus yang memberikan diri dan hidupNya sebagai sumber pangan abadi manusia inilah yang meminta kita untuk berpihak dengan petani dan karya pertanian.


GUBUK PASTOR TANI ini kami harap menjadi tempat beristirahat sejenak, untuk berbincang bersama petani, dan menggali sumber kekuatan karya ibu kehidupan ini dari Sumbernya yang pertama, Allah sendiri.
Selamat datang ke Gubuk kami dan ajaklah sahabatmu mampir sejenak.

Wednesday 20 April 2011

10. KELUARGA BERIMAN HENDAKNYA MEMELIHARA ALAM LINGKUNGANNYA

Catatan: Bahan katekese ini dipersiapkan dalam rangka memberikan bantuan tambahan materi untuk katekese dalam pertemuan dengan umat, ketika para frater melakukan live in setelah Paskah ini.
Model Pertama
Pertemuan Katekese tentang Eco - Pastoral

1. Persiapkan sebelumnya

· Ruang atau tempat di alam terbuka yang tertata baik, namun menyatu dengan lingkungannya.

· Kutipan teks Kitab Suci

· Doa dan lagu serta para petugasnya

2. Pengantar

Kita akan berbicara bersama tentang komunitas basis kita, tentang keluarga kita dan hubungannya dengan perjuangan hidupnya di rumah kediaman kita. Mengapa perlu kita bicarakan sebagai sebuah pertemuan iman seperti sekarang ini? Saya kira kita semua di sini beriman sejak dari keluarga kita, dari rumah-rumah kita. Keluarga-keluarga kita adalah keluarga beriman. Rumah kita karenanya menjadi tempat kita bertemu dengan Tuhan, tempat kita menyembah Tuhan dan tempat di mana kita bisa berdoa dan menyampaikan syukur kepada Tuhan.

Selain rumah keluarga kita masing-masing, kita juga memiliki tempat lain yang juga kita pandang sebagai rumah, yaitu alam ini, yang tidak hanya menjadi tempat diam kita tetapi juga tempat diam makhluk hidup lainnya, seperti pohon, binatang, air, tanah, api, udara. Semua ini kita gunakan dan kita tahu pasti bahwa tanpa mereka kita bisa bertahan hidup.

Bagaimana kita melihat hubungan kita dengan mereka semua? Bagaimana kita sadar akan tugas dan tanggung jawab kita terhadap alam raya yang adalah rumah kita? Kita manusia memang adalah mahkota ciptaan Allah yang paling agung. Keagungannya justru karena ia melihat dirinya tetap bersatu dengan alam, rumahnya sendiri, di mana ia hidup bersama makhluk lainnya.

Karena itu bersama kitab Suci yang meminta kita untuk memelihara alam ini dengan sebaik-baiknya, mari kita berdiam diri sejenak. Kita mau lihat hubungan kita dengan alam lingkungan hidup kita dan bertanya, ‘apakah alam ini sungguh adalah rumah yang kita rawat menjadi tempat tinggal kita?’

3. Rumah Semesta dalam Doa Seekor Kera

3.1. Doa Seekor Kera

Dalam doa berikut ini, yang disusun oleh seorang bidan, yang diambil dari Majalah Kompas, seekor kera berdoa selayaknya ungkapan doa seorang manusia kepada Allah, yang adalah Allah kita semua, Allah semesta alam. Mari kita dengarkan doa ini, yang sebenarnya mewakili doa dan seruan kita kepada Allah.

Doa Seekor Kera

oleh: Romana Tari (www.kompasiana.com/bidancare) disadurkan kembali oleh Ansel Meo, SVD

Ya Tuhan yang disembah manusia dan semesta,

aku ini cuma seekor kera: seekor kera yang mengamati manusia.
Tuhan kami, kata manusia yang pintar, kami ini nenek moyang mereka,
tapi jujur saja Tuhan: aku tak pernah bangga
, aku bahkan sangat menyesa
li kenapa kami dianggap sebagai nenek moyang mereka.


Tuhan, percuma saja mereka menjadi manusia, bila hatinuraninya tak setulus Hanoman, Raja Kera yang kupuja,

percuma saja mereka jadi manusia, jika kelakuannya seperti Rahwana yang haus kuasa


Aku ingin protes pada Darwin : “Hei arwah pak Darwin di alam baka, sia sia kera berevolusi fisik menjadi manusia, namun mata hati dan nuraninya menjadi buta.”

Wahai Tuhan yang disembah manusia dan semesta


Aku heran dengan manusia, berletih lelah mereka pantang dan berpuasa,
berkali-kali mereka mendatangi Rumah yang mereka buat untukMU untuk berlutut memohon ampunan dosa, bersembah sujud janji bertobat.

Tapi lihatlah tindakan mereka yang tak henti merusakan RUMAH ALAM yang Kauciptakan dengan kuat kuasaMu.

Wahai Tuhan yang disembah manusia dan alam semesta, demi alam yang menjadi rumah bagi semua kami ciptaanMu, isinkanlah aku mendaraskan doa: agar Engkau memberikan kami semua hujan dan matahari secara adil, agar saudara kami manusia tidak merusakan alam ini lantaran napsu untuk menguras semua isi demi mereka sendiri. Tuhan kami berdoa bagi saudara manusia, agar mereka memelihara air, tanah, hutan dan semua binatang di alam ini sebagai saudara serumah, karena sejak Kauciptakan kami semua indah Kaulihat. Amin.


Pertanyaan untuk didiskusikan secara singkat :

a) Bagaimana kera mengungkapkan hubungannya dengan kita manusia?

b) Manakah ‘rumah’ yang dimaksudkan oleh kera tadi dalam doanya?

c) Apa isi doa seekor kera tentang manusia dan rumah mereka bersama?

3.2. Teks-Teks Kitab Suci

Pilihlah teks-teks kitab Suci yang ada yang sungguh berbicara tentang alam semesta sebagai rumah kita bersama yang harus kita pelihara secara bertanggung jawab.

· Kejadian 1, 26 – 28 : Manusia diciptakan Allah

· Kejadian 9, 8-17 : Perjanjian Allah dengan Segala Makhluk

· Yes 43,19-21 : Aku menjadikan segala sesuatu baru

· Rom 8, 19-22: Segala sesuatu ditaklukan di bawah Kristus

· 1 Kor 15-24-28: Segala makhluk sama-sama mengeluh

· Ef 1, 7-10 : Kristus adalah Kepala yang mempersatukan segala sesuatu.

· Yoh 1, 1.3 : Ia menjadikan segala sesuatu

· Maz 19:2-5: Langit menceritakan kemuliaan Allah

Ajaklah para peserta katekese untuk membacakan dan merenungkan sebentar teks-teks Kitab Suci yang mereka pilih. Pilihan teks terakhir Mz 19, 2-5 bisa menjadi bahan pergumulan kelompok yang bisa ditunjukkan dalam rangkuman.

4. Rangkuman

Pelancar kini boleh mengajak peserta katekese untuk melihat hal-hal penting yang mereka temukan dalam pembicaraan mereka bersama, juga inspirasi dari Kitab Suci yang teks-teksnya kita baca. Beberapa hal penting yang hendaknya kita ingat berhubungan dengan tema katekese kita “KELUARGA BERIMAN DAN TUGAS MERAWAT ALAM LINGKUNGAN” adalah sebagai berikut:

a. Kita semua, manusia dan lingkungan adalah satu keluarga, satu komunitas.

Doa seekor kera tadi hanya menunjukkan kepada kita bahwa kita bersama binatang dan makhluk hidup lain adalah satu keluarga yang membentuk komunitas hidup bersama di dunia ini. Sebagai makhluk, kita semua adalah ciptaan Allah, dan oleh Allah kita bersama seluruh alam ini dilihat sebagai baik adanya. Kisah penciptaan dalam Kitab Suci menjelaskan tentang keindahan itu bahwa “Allah melihat bahwa semuanya itu baik”, (Kej. 1,13.18.21 dan 26). Lebih dari itu, Kitab Suci menjelakan juga bahwa orang Israel akhirnya sadar bahwa mereka tak perlu meninggalkan bumi ini untuk mengalami kebaikan Allah dan untuk memuji serta meluhurkan Allah (Mz 19). Bahkan Allah bisa diagungkan oleh seluruh ciptaanNya (Mz.104).

Jadi kita yang hadir di sini mestinya mulai sadar bahwa keluarga kita bukan hanya manusia, tetapi juga ternak, hewan dan alam lingkungan ini. Karena tanpa mereka, hidup manusia tak akan pernah mengalami kepenuhannya.

b. Kita memiliki satu rumah yang sama : Alam Lingkungan yang mesti kita berkati, kita rawat dan kita hidupkan.

Kita semua mendiami satu bumi atau tanah yang sama, yang menjadi rumah bagi semua. Maka manusia sebagai citra Allah, makhluk ciptaan yang paling agung diserahkan tugas oleh Allah untuk ‘mengurus dan memelihara’ bumi beserta alam lingkungan. Manusia akan menunjukkan dirinya sungguh sebagai Citra Allah yang mulia, kalau ia hidup dalam harmoni dengan lingkungan hidup yang dipeliharanya dengan penuh kesadaran, baik dalam relasi dengan sesamanya maupun dengan alam sekitarnya.

Melihat lingkungan hidup atau ekologi sebagai rumah, sebenarnya cocok dengan arti kata ekologi di mana asal kata Yunaninya yakni oikos itu sendiri berarti rumah. Jadi kalau kita manusia diminta untuk memelihara alam lingkungan, kita sedang merawat, mengurus dan memelihara rumah kita sendiri. Dan tugas itu adalah tugas yang diserahkan kepada kita manusia oleh Allah Pencipta kita.

c. Ketika kita merusakan rumah hidup kita, kita berdosa dan karenanya kita perlu bertobat

Sebagai Gereja, yang sesungguhnya telah dikuduskan Allah, kita dan keluarga keluarga kita juga tak selamanya setia. Kepercayaan dan berkat yang diberikan Allah tidak kita tanggapi dengan setia. Juga perintah untuk merawat bumi ini kita langgar, oleh berbagai bentuk dosa dan pengrusakan terhadap tanah, terhadap air, terhadap hutan, terhadap laut. Ini semua karena ada kekuatan jahat di bumi ini. Dan dosa dan kekuatan jahat ini telah membuat manusia tidak harmonis lagi dengan sesamanya, dengan alam dan tentu saja dengan Tuhan.

Dosa yang kita buat bisa menyata dalam bentuk saling benci dan saling bunuh antara manusia, hubungan yang janggal antara wanita dan pria, hubungan tak syah dalam keluarga, yang sebenarnya merusakannya hubungan harmoni dengan alam. Dan kitab Suci memperkenalkan juga adanya bencana alam, sebagai bentuk atau cara Allah mengembalikan keutuhan ciptaan dan alam ini.

Dari dosa-dosa terhadap manusia, alam dan terhadap alam inilah kita manusia mesti bertobat dan membaharui diri kita.

d. Upaya pertobatan nyata adalah menghidupkan lingkungan dengan mulai menyadarinya pentingnya memelihara alam lingkungan kita sebagai tindakan beriman, dan menata kehidupan kita dengan memperhatikan keselamatan alam semesta ini mulai dari dapur kita, rumah kita, pekarangan kita, kebun kita dan lingkungan di mana kita hidup:

· Kita perlu sadar terus menerus tentang perlunya hidup serta lingkungan yang sehat : Hidup sehat itu beserta lingkungan sehat yang dijaga dan dirawat adalah satu sikap iman. Dan ini hendaknya didoakan, diberkati dan menjadi bagian cara hidup Gereja. Gerakan cinta air, gerakan membuang sampah pada tempatnya, gerakan tanam pohon haruslah menjadi cara gereja dan anggotanya untuk terlibat dalam upaya memelihara lingkungan.

· Menata kebiasaan hidup yang lebih akrab lingkungan dan sehat serta berpihak kepada petani:

Misalnya daripada membeli beras kita muali saat ini membeli padi, agar dari hasil padi itu, kita bisa menghidupkan semua; manusia memakan nasi (beras), hewan memakan dedaknya, dan dedak kasarnya dijadikan pupuk organik yang baik untuk tanah dan tanaman. Dengan cara ini petani-petani padi kita mulai hidup dan mereka akan lebih bertanggung jawab mengembangkan padinya sebagai sumber pangan bagi rakyatnya.

Kita juga mulai bisa mulai menggunakan kelapa sebagai bahan kebutuhan harian kita, yang akan melayani kepentingan kita akan minyak kelapa buat goreng dan ampas kelapa sebagai pakan utama ternak yang berprotein tinggi.

Kita juga diajak untuk memperhatikan sampah-sampah yang kita produksikan di rumah keluarga kita, di sekolah. Yang organik agar dipisahkan dari yang tidak organik seperti plastik, besi, baterei, agar dikumpulkan kembali dan tidak dibiarkan dibuang begitu saja di hutan, di kali/sungai. Bahan organik bisa kita pakai lagi untuk menjadi makanan ternak, makanan ikan, sedangkan yang tidak organik tadi bisa didaur ulang.

5. Rencana Tindakan dan Penutup

Berdasarkan hal-hal yang bisa kita bicarakan dalam katekese tadi, kini kita bicarakan bersama :

Bagaimana cara kita untuk secara nyata terlibat dalam memelihara dan merawat lingkungan hidup sebagai Rumah Keluarga kita?

Ungkapkanlah secara jelas rencana praktis, yang langsung dapat dibuat oleh peserta langsung setelah kegiatan katekese.

Dan tutuplah pertemuan dengan doa atau lagu bersama, baik lagu rohani maupun lagu lainnya dengan tema alam atau lingkungan hidup.

Copyright © Ledalero, 20 April 2011, by Anselmus Meo SVD

dalam Rangka Live In Frater SVD Ledalero ke Wangka dan Detukeli.

No comments:

Post a Comment