SELAMAT DATANG DI GUBUK KAMI


Sekali waktu di bulan Agustus 2010, saya mampir dan mengunjungi Pastor Ernst Waser, SVD, seorang misionaris Swiss yang bertugas di Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng, Manggarai - Flores. Tatkala berpamitan dengan beliau, pastor yang sederhana ini berjabatan tangan dengan saya sambil berucap, "Engkau anak petani, saya juga anak petani. Jangan pernah engkau tinggalkan mereka dan mari kita bersama membangun petani!"


Kami memang berbincang tentang petani, anak petani, kursus pertanian dan pendidikan petani. Tentu tak sekedar mengobrol tentang karya yang satu ini. Tapi saya melihatnya sebagai karya yang sungguh vital dalam karya Gereja. Bicara tentang pertanian, kita sentuh tentang soal pangan. Dan tanpa pangan tak ada kehidupan. Gereja sendiri mendasarkan kehidupannya pada PANGAN ABADI, EKARISTI. Yesus Kristus yang memberikan diri dan hidupNya sebagai sumber pangan abadi manusia inilah yang meminta kita untuk berpihak dengan petani dan karya pertanian.


GUBUK PASTOR TANI ini kami harap menjadi tempat beristirahat sejenak, untuk berbincang bersama petani, dan menggali sumber kekuatan karya ibu kehidupan ini dari Sumbernya yang pertama, Allah sendiri.
Selamat datang ke Gubuk kami dan ajaklah sahabatmu mampir sejenak.

Monday 11 October 2010

4. TANAH DAN AIR UNTUK PEMBEBASAN DAN KESELAMATAN

Catatan Pengantar :


Bagi umat Paroki Habi, Keuskupan Maumere, tanggal 4 Oktober 2010 barangkali menjadi momen penting dalam sejarah paroki ini, ketika pilihan pastoral mereka diletakan di atas dasar kokoh dengan menempatkan tanah dan air sebagai sarana menuju pembebasan dan keselamatan.


Pengasuh Gubuk Pastor Tani berkesematan untuk menemui sang gembala tani, pastor paroki dan meminta beliau untuk memuat kata sambutannya ketika panen kebun jagung dan pemberkatan 13 sumur bor di wilayah ini. Berikut ini kutipan lengkap sambutannya.

Foto-Foto : Irigasi dan Kebun di Paroki Habi



Sambutan Pastor Paroki Habi
(Senin, 4 Oktober 2010)

Rm.Arkadius Dhosando,Pr

Syukur kepada-Mu Ya Tuhan yang menjadikan langit dan Bumi,  sebab Engkau telah memberikan kepada  kami  kehidupan baru. Engkau telah membalik mimpi-mimpi kami menjadi kenyataan. Kini di atas tanah ini, umat kudusMu dapat melihat pembebasan  dan keselamatan. Tiada kata yang mampu melukiskan seluruh sukacita hati kami ketika  melihat jagung-jagung dan sayur mayur yang terus  bertumbuh segar berkat anugerah air yang Engkau berikan. Kami sungguh mengalami mujizat kasihMu di atas bumi paroki Habi ini.
Yang Mulia Bapak uskup maumere, yang saya hormati bapak Bupati dan Wakil bupati Sikka, Yang saya hormati para Muspida Sikka, yang saya hormati para pimpinan SKPD Sikka, yang saya hormati mama Firmina, para imam, bruder, suster, frater dan singkatnya  bapak-ibu saudara-riku para undangan yang terkasih.
Sepenggal doa yang  kami panjatkan pada pembukaan tadi, sebagai bentuk rasa syukur dan trima kasih serta pujian kita kepada Tuhan Yang Maha baik. Pada saat ini  Saya mewakili seluruh umat paroki Habi menyampaikan syukur berlimpah karena doa-doa kita selama ini telah  dikabulkan oleh Allah Bapa Yang Maha Kuasa.   Kami  sadar bahwa Tuhan tidak secara langsung memberi kita makanan dan minuman  tetapi ia memberikan kita air  yang menjadi sumber kehidupan. Sepanjang sejarah kehidupan   manusia, air merupakan bagian yang tak terpisahkan, ia memberikan warna  kepada wajah bumi ini dan menganugerahkan kesegaran kepada  segala  mahluk.
Senada dalam rasa syukur ini, kami ingin menghaturkan limpah terima kasih kepada semua pihak yang dengan caranya masing-masing telah mengambil bagian dalam   proses pengeboran   dan pengerjaan ke 13 titik sumur di wilayah paroki ini. Trima kasih Kepada seluruh jajaran pemerintah, kepada bapak presiden, bapak menteri, gubernur dan trima kasih buat bapak bupati Sikka dan seluruh jajaranya yang telah membantu dan mendukung kami. Kami juga menghaturkan terima kasih kepada bapak Sammy  L Tokoh, pak Vinsen, pak Piter, pak Yance, pak Kons  dan rekan-rekan lainnya melalui  Program pemboran air tanah   telah membantu dan menolong kami dalam proses pengeboran dan Pekerjaan ke 11 titik sumur irigasi serta 2  titik sumur air baku/air minum di wilayah paroki ini. Pada saat ini pak Sammy L Tokoh dan pak piter pimpin P2AT Propinsi NTT-Flores Lembata tidak sempat hadir bersama kita. Mereka sekarang berada di Jakarta sedang memperjuangkan semua permohonan  proposal kita untuk tahun anggaran 2011. Tadi malam dan pagi ini mereka masih menelfon kepada saya agar dalam perayaan misa syukur ini ada intensi khusus buat perjuangan mereka supaya semua permohanan kita untuk tahun 2011 dapat dikabulkan Tuhan seperti tahun 2008, 2009 dan 2010.Trima kasih juga buat mama Firmina yang sejak  awal sampai saat ini selalu berada bersama kami menolong, mendukung dan memberikan perhatian penuh kasih kepada kami di saat kami sedang mengalami kesulitan dan tantangan. Tentu saja, masih ada lagi banyak pihak yang tak dapat kami sebutkan satu persatu dalam sambutan ini. Namun nama dan jasa baik Anda semua selalu kami kenangkan dalam doa-doa kami.
Kami juga tak   lupa menyampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Bapak Uskup Maumere dan seluruh rekan imam yang telah mendukung kami untuk berpastoral bersama umat dan DPP di wilayah paroki ini. Kami yakin tanpa dukungan dan doa-doa tiap hari dari bapak uskup dan para imam yang berkarya di wilayah keuskupan ini tentunya kami tak mampu membalik/mengubah mimpi-mimpi kami menjadi kenyataan.
Sebagai manusia yang lemah kami pun menyadari bahwa dalam seluruh rangkaian pengeboran dan pengerjaan ke 13 titik sumur yang berada di wilayah paroki ini tentu saja ada  hal-hal tertentu yang mungkin tidak berkenan di hati kita semua. Maka sebagai pastor paroki Habi dan mewakili  pimpinan P2AT Propinsi NTT serta pimpinan  Flores Lembata kami menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya.
Peran serta pemerintah dan Gereja tentu sangat besar dalam menyukseskan program pembangunan masyarakat. Untuk itu,  sebagai pastor  paroki dan wakil pastor paroki Habi (Rm. Paulus Bongu), kami mengajak umat sekalian; marilah kita membangun kerja sama yang baik dan sehat dengan pemerintah kita maupun  dengan semua pihak dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik,lebih sejahtera lahir batin. Ada begitu banyak program pemerintah yang bertujuan baik, namun jika kita tidak membangun jembatan yang kuat dan relasi yang harmonis dan sehat di antara kita  maka kita akan terus terkurung dalam jeruji dan lilitan gurita kemiskinan kita.
Saya juga mengajak kita semua umat di wilayah paroki ini untuk terus berusaha mengerjakan semua lahan-lahan kita yang sudah dilewati pipa irigasi. Di tempat ini kita sudah mengalami secara nyata bukan sekedar mimpi. Disini kehadiran dan kebaikan Tuhan dialami secara paling nyata ketika kami menyebutnya dalam Koran flores pos terbitan tgl …. oktober 2010 sebagai upaya dan pencapaian kita dalam berteologi di ladang jagung. Oleh karena itu seraya bersyukur atas apa yang telah kita lihat dan kita alami , kami terus mengajak khususnya kepada orang perorangan maupun kelompok yang lahannya telah mendapat aliran air  dari ke ke 4 titik sumur irigasi yang diberkati hari ini supaya terus berjuang agar aliran air kehidupan tidak berhenti mengalir karena sebab2 tertentu yang kita ciptakan sendiri. Anda dituntut lebih untuk menjadi contoh karena telah menikmati hasilnya. Jadilah contoh yang baik bagi sesama rekan petani. Pepatah latin mengatakan “Verba movent sed exempla trahunt= kata2 memang menggiurkan tetapi contoh lebih menarik orang. Kami juga mengajak semua umat paroki Habi untuk terus mengembangkan langkah-langkah pemberdayaan menuju gerakan solidaritas umat yang telah kita canangkan bersama sebagai pilihan pastoral untuk pembebasan dan pemberdayaan umat. Apabila kita mengerjakan dengan semangat Roh, dengan hati dan kemauan baik maka kita pun akan menuai dan menikmati hasil yang baik pula. Saya amat yakin dan percaya bahwa melalui upaya berteologi  di ladang jagung dan gerakan solidaritas umat serta ketika kita mengerjakan semua lahan  dengan sungguh-sungguh maka proses pemberdayaan dan pembebasan umat dari belenggu kemiskinan perlahan-lahan akan diminimalisir/ dikurangi atau diperkecil.
Di hadapan kita hadir Bapak Uskup Maumere dan Bapak Bupati kita yang terkasih. Kami umat paroki habi sangat senang dan bahagia akan kehadiran dua orang nomor satu di keuskupan dan wilayah kabupaten sikka ini. Umat paroki ini perlahan-lahan mulai berpartisipasi dalam menyukseskan program pemerintah, namun kami umat paroki Habi masih sangat membutuhkan pertolongan dan dukungan dari pemerintah di bidang transportasi. Keadaan jalan raya diwilayah paroki kami sungguh sangat  memprihatinkan, kadang  membuat kami agak sulit memasarkan hasil panenan ke kota maumere. Kadang membuat saya, frater dan romo Paulus dalam berpastoral harus tersungkur dan terkapar  di atas jalan raya yang rusak ini. Namun, kami tetap yakin dan percaya bahwa dalam waktu dekat ini pasti bapak bupati/pemerintah sikka pasti akan memperhatikan keadaan dan situasi kami ini. Kedatangan Bapak Bupati sikka hari ini merupakan dukungan yang luar biasa bagi kami sekaligus sebagai cambuk yang mendorong kami untuk mewujudkan kesejahteraan di atas bumi ini.
Ketika Gereja katolik berbicara mengenai pangan, ada yang konkret untuk diungkapkan, yakni keprihatinan pada upaya keberlanjutan akan ketersediaan pangan dan memelihara keutuhan ciptaanNya. Bahwa Allah menciptakan alam dan segala isinya adalah baik adanya. Manusia dengan akal dan budinya mampu membangun sumber pangan. Namun kondisi saat ini, di mana ada satu dari enam orang di dunia ini terancam kelaparan, Gereja Katolik mempelopori Gerakkan Pangan dan Aksi Solidaritas yang lebih nyata.
Dalam sejarah peradaban, manusia memenuhi kebutuhan  sehari-hari. Dengan berburu dan mengumpulkan bahan pangan sesuai dengan kebutuhannya di lingkungan alam kehidupannya. Keberhasilan bio-teknologi dan produksi massa pangan berhasil membangun sumber pangan yang cukup namun pangan dikuasai oleh pemilik modal. Petani justru menjadi buruh yang miskin. Ketidakadilan ini yang dikritisi Gereja Katolik lewat Ensiklik Rerum Novarum Sampai dengan Caritas in Veritate.
Bapak Suci Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate menegaskan pembaharuan paham tentang option for the poor dengan menekankan kesediaan tiap orang katolik untuk menyediakan miliknya bagi sesama yang kurang berada. Semua yang ada pada kita diberikan secara gratis maka kita harus memberikan secara bebas juga. Sebab semua datang karena cinta Allah.
Kelaparan adalah kondisi riil dari kemiskinan yang merupakan dampak dari pembangunan yang kurang adil. Jika pembangunan ekonomi menyebabkan manusia kelaparan, berebut sumber pangan, bahkan dengan saling membunuh, itu bukan pembangunan ekonomi. Sebab di situ hidup dan martabat manusia tidak dihargai, nilai suatu model perkembangan ekonomi terletak pada penghargaan atas martabat manusia yang dihargai lebih dari pada modal dan alat produksi. Suatu masyarakat yang memandang rendah hidup dan martabat manusia dalam tahap apa pun akan melecehkan manusia pada lapisan apa pun; ia akan meremehkan segala yang hidup. Itulah sebabnya, mengapa bapa Suci melihat juga kaitan erat antara sikap dasar ini dengan ekologi, yakni hormat terhadap segala yang hidup, bahkan pada seluruh alam semesta karena seluruh kerusakkan tata nilai dan pengabaian di atas telah mengakibatkan kerusakan alam ini.
Cara hidup Yesus, bersama para muridNya, sangat menghargai kemandirian dan ketersediaan pangan. Pangan adalah buah dari segala usaha manusia dan kemurahan Allah. Tanah,air, danau, sungai, biji/benih, ladang gandum, kawanan domba, kebun anggur, pohon dan rantingnya, ikan dan jala, dan lain sebagainya selalu menjadi warna khas seluruh perjalanan Yesus yang dipakai menjadi media untuk menyampaikan pesan Allah dalam upaya penyelamatan hidup manusia. Yesus tidak hanya berbicara tetapi berbuat dan mewujudkan penyelamatan dalam solidaritas diri kepada manusia. 
Puncak penyelamatan diawali dalam perjamuan terakhir yang merupakan perjamuan persaudaraan di mana Yesus memberikan diriNya menjadi santapan para muridNya dan untuk dikenangkan selama-lamanya. Kerelaan Yesus untuk menjadi pangan abadi merupakan perwujudan penebusan Allah bagi kehidupan mansia. Penebusan ini membawah pemulihan martabat manusia sebagai citra Allah. Menyadari bahwa keselamatan Allah diawali dengan pangan, dan ditandaskan bahwa ketersediaan pangan abadi adalah Yesus kristus sendiri maka sikap dan tindakan kita terhadap pangan adalah memuliakan lebih dari sekedar memelihara sumber pangan. Upaya membangun dan memelihara sumber pangan perlu dinyatakan dalam gerakkan bersama karena Allah sudah memberikan kepada manusia segala hal yang untuk kehidupan. Membangun dan memelihara sumber pangan merupakan panggilan dalam menjaga kehidupan manusia dan keutuhan alam ciptaanNya. Ketika kita membangun sumber pangan, kita diajak bersama untuk merekonstruksi cara berpikir, cara merasa dan cara bertindak kita. Oleh karena itu, marilah kita, umat paroki Habi dalam kebersamaan dengan seluruh umat keuskupan ini membangun kerjasama dengan pemerintahan untuk mewujudnyatakan cita-cita dan harapan dari pemerintah dan Gereja bagi ketersediaan pangan yang cukup di wilayah keuskupan dan kabupaten kita dengan tekun memanfaatkan dan mengerjakan lahan-lahan/kebun kita secara baik.

Copyright ©  Habi - Maumere, 4 Oktober 2010, by Rm. Arkadius Dhosando, Pr.