SELAMAT DATANG DI GUBUK KAMI


Sekali waktu di bulan Agustus 2010, saya mampir dan mengunjungi Pastor Ernst Waser, SVD, seorang misionaris Swiss yang bertugas di Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng, Manggarai - Flores. Tatkala berpamitan dengan beliau, pastor yang sederhana ini berjabatan tangan dengan saya sambil berucap, "Engkau anak petani, saya juga anak petani. Jangan pernah engkau tinggalkan mereka dan mari kita bersama membangun petani!"


Kami memang berbincang tentang petani, anak petani, kursus pertanian dan pendidikan petani. Tentu tak sekedar mengobrol tentang karya yang satu ini. Tapi saya melihatnya sebagai karya yang sungguh vital dalam karya Gereja. Bicara tentang pertanian, kita sentuh tentang soal pangan. Dan tanpa pangan tak ada kehidupan. Gereja sendiri mendasarkan kehidupannya pada PANGAN ABADI, EKARISTI. Yesus Kristus yang memberikan diri dan hidupNya sebagai sumber pangan abadi manusia inilah yang meminta kita untuk berpihak dengan petani dan karya pertanian.


GUBUK PASTOR TANI ini kami harap menjadi tempat beristirahat sejenak, untuk berbincang bersama petani, dan menggali sumber kekuatan karya ibu kehidupan ini dari Sumbernya yang pertama, Allah sendiri.
Selamat datang ke Gubuk kami dan ajaklah sahabatmu mampir sejenak.

Tuesday 23 November 2010

6. HUTAN BAKAU : TAMAN KEHIDUPAN YANG MENJEMBATANI KEHIDUPAN DARAT DAN LAUT

Akong dan Upaya Pelestarian Hutan Bakau

Pembicaraan Baba Akong di siang hari nan terik itu, memang masih banyak yang perlu disimak dan diamini kebenarannya. Ketika ditanya oleh para mahasiswa, apakah bakau itu hidup di air ataukah di darat, ia menimpa, "Saya mesti mengatakan bahwa bakau itu bisa hidup di air dan di daratan. Pengalaman saya sendiri, bakau sebenarnya adalah tanaman darat."


Merefleksikan lebih lanjut pernyataannya, Pater Aleks Jebadu SVD menunjuk pada lokasi di mana bakau ditanam sekarang, "Lihat di sini dulu ditanam banyak kelapa, yang sisa-sisa batangnya masih terlihat di sini. Untung bakau di tanam lagi, sehingga daratan bertambah lagi dan abrasi yang disebabkan oleh air laut bisa diatasi."


Hutan Bakau : Taman yang menjembatani dua kehidupan


Kehidupan di hutan bakau sesungguhnya sangat unik. Kedua lingkungan kehidupan baik kehidupan daratan dan kehidupan laut bisa ditemukan dalam kehidupan di sebatang pohon bakau. Makhluk hidup daratan menduduki bahagian atas pohon bakau, sedangkan di bagian pangkal tumbuhan tersebut terbentuk habitat untuk kehidupan laut. Makhluk hidup daratan tidak memperlihatkan adaptasi yang khas untuk hidup di kawasan hutan bakau. Ini adalah disebabkan oleh kenyataan bahwa makhluk itu hidup di bahagian atas tumbuhan bakau. Sedangkan makhluk laut yang hidup di sini bisa dibagi atas dua kelompok, yaitu binatang yang menduduki substrat keras seperti akar sokong pokok bakau dan binatang yang mendiami tanah berlumpur di hutan bakau. Kumpulan binatang laut yang dominan di hutan bakau ialah siput, ketam, udang serta beberapa jenis ikan-ikan yang aneh. Kawasan ini sesungguhnya taman kehidupan yang menjadi tempat kehidupan berbagai spesies baik darat, udara dan laut. Bagi binatang laut seperti udang dan ikan, kawasan ini adalah kawasan pembiakan di mana binatang-binatang muda mengalami lingkungan yang aman, kaya makanan sebelum mereka beralih ke laut lepas.
Secara ekologis, hutan bakau memainkan peranan yang amat penting. Bila kita memperhatikan lingkungan hutan bakau, ia merupakan satu ekosistem yang sangat produktif. Lingkungan yang kaya ini menyokong rantai makanan kehidupan yang amat beragam yang terdiri daripada ikan, krustasea, burung, mamalia kecil dan hewan-hewan eksotik lainnya. Sumber dan bahan organik yang terbentuk di kawasan hutan bakau turut disebarkan ke lingkungan yang berberdekatan dengannya. Hutan bakau juga berperanan sebagai kawasan pengembangbiakan berbagai organisme. Di samping itu, kehadiran hutan bakau di tepi laut turut melindungi kawasan-kawasan pinggir laut daripada ombak dan arus yang besar.

Hutan Bakau untuk Kehidupan Laut

Kehidupan di planet bumi sesungguhnya mesti bersyukur kepada laut dan ekosistemnya. Karena itu sangat wajar bahwa kita manusia berkewajiban untuk menjaganya, yang harus kita mulai dengan menanam kembali bakau sebagai karya nyata penyelamatan itu.

Mengapa demikian? Karena kemampuan laut menyerap CO2 akan berkurang jika ekosistem laut banyak mengalami kerusakan seperti rusaknya terumbu karang dan hutan bakau. Terumbu karang tak ubahnya bagaikan rumah bagi makhluk laut. Demikian juga halnya dengan hutan bakau, adalah rumah bagi makhluk2 laut yang hidup di dekat pantai. Tanpa terumbu karang dan hutan bakau, perlahan-lahan ekosistem laut akan terancam kelangsungan hidupnya sehingga sumber makanan laut yang dapat diperoleh oleh para nelayan pun akan jauh berkurang.
Jika terumbu karang dan hutan bakau telah rusak, untuk bisa merehabilitasinya diperlukan waktu yang sangat lama dan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu marilah kita sama-sama menjaga kelestarian lingkungan kita dan merawatnya dengan penuh rasa tanggungjawab.


Melestarikan Hutan Bakau dan Ekosistem Laut dan Karya Pastoral


Menyimak betapa pentingnya peranan hutan bakau bagi kehidupan manusia, maka upaya nyata untuk memperhatikannya harus menjadi komitmen pastoral Gereja. Kalau sejenak merefleksikan misteri penciptaan alam semesta, tatkala daratan dipisahkan dari air dan laut, maka Tuhan pasti memiliki rencana yang sangat mulia dengan menyediakan secara sengaja wilayah antara yang disebut sebagai pesisir, yang di wilayah kita tentu diperkaya dengan kehadiran hutan bakau dan ekosistem yang ada di dalamnya. Itulah sebabnya kitab suci menggambarkan dengan ungkapan yang indah, "Allah melihat semuanya itu baik adanya."


Dari semula semua diatur baik dan indah oleh Allah untuk kepentingan kehidupan, entah itu kehidupan di laut maupun yang ada di darat, yang pada akhirnya diperuntukan bagi manusia. Makanya perintah Allah untuk mempergunakan alam yang baik pada awalnya ini, mesti disertai dengan tanggung jawab untuk menjaga kelestariannya. Dan inilah tindakan beriman dari orang-orang yang mengakui Allah sebagai Tuhan kehidupan mereka.


Selain pokok di atas, pelestarian hutan bakau berhubungan erat dengan pilihan keberpihakan Gereja dan Tuhan kita atas orang-orang kecil dan sederhana yang hidup di wilayah garis pantai. Mengamati kenyataan kehidupan masyarakat pesisir di wilayah kita yang pada umumnya miskin, kita sebagai orang beriman tidak boleh diam. Kita mesti terlibat. Dan sama seperti reboisasi hutan di daratan berguna untuk kehidupan masyarakat di daratan, maka upaya menghutankan kembali bakau adalah pilihan nyata tindakan iman kita untuk memberikan kemungkinan hidup yang lebih baik buat saudara-i kita masyarakat pesisir.


Dengan menanam bakau, kita menciptakan taman kehidupan untuk ikan, hewan daratan, burung udara dan pada akhirnya memberikan sumber kehidupan bagi saudara-saudari kita di sana. Dan hasil kerja mereka juga menjadi sumber kehidupan buat kita.


Maka tindakan seorang Baba Akong di lokasi pembibitan dan penanaman bakau yang dikelolanya adalah tindakan pastoral, karena ia melanjutkan karya Tuhannya untuk menyediakan sumber kehidupan bagi sesamanya. Akong adalah tokoh iman yang bersama Tuhan berusaha menciptakan hutan bakau sebagai taman kehidupan di perbatasan, darat dan laut. Dan belajar dari seorang Baba Akong dan upayanya melestarikan bakau adalah kesempatan belajar tentang kehidupan yang peduli dengan alam, dengan manusia dan dengan Allah.


Copyright © Ledalero, 24 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD

No comments:

Post a Comment