SELAMAT DATANG DI GUBUK KAMI


Sekali waktu di bulan Agustus 2010, saya mampir dan mengunjungi Pastor Ernst Waser, SVD, seorang misionaris Swiss yang bertugas di Paroki Wangkung, Keuskupan Ruteng, Manggarai - Flores. Tatkala berpamitan dengan beliau, pastor yang sederhana ini berjabatan tangan dengan saya sambil berucap, "Engkau anak petani, saya juga anak petani. Jangan pernah engkau tinggalkan mereka dan mari kita bersama membangun petani!"


Kami memang berbincang tentang petani, anak petani, kursus pertanian dan pendidikan petani. Tentu tak sekedar mengobrol tentang karya yang satu ini. Tapi saya melihatnya sebagai karya yang sungguh vital dalam karya Gereja. Bicara tentang pertanian, kita sentuh tentang soal pangan. Dan tanpa pangan tak ada kehidupan. Gereja sendiri mendasarkan kehidupannya pada PANGAN ABADI, EKARISTI. Yesus Kristus yang memberikan diri dan hidupNya sebagai sumber pangan abadi manusia inilah yang meminta kita untuk berpihak dengan petani dan karya pertanian.


GUBUK PASTOR TANI ini kami harap menjadi tempat beristirahat sejenak, untuk berbincang bersama petani, dan menggali sumber kekuatan karya ibu kehidupan ini dari Sumbernya yang pertama, Allah sendiri.
Selamat datang ke Gubuk kami dan ajaklah sahabatmu mampir sejenak.

Saturday, 20 November 2010

5 .BAKAU UNTUK KELESTARIAN ALAM DAN HIDUP

FOTO - BAKAU UNTUK KEHIDUPAN


Sengatan panas mentari di wilayah pantai utara Kabupaten Sikka siang itu tak menyurutkan semangat para mahasiswa STFK Ledalero untuk mendatangi lokasi penanaman bakau di wilayah Magepanda, Sikka. Menggunakan 2 buah truk milik Seminari Tinggi SVD Ledalero, Maumere, tidak kurang 65 orang mahasiswa semester VII yang tinggal di berbagai konvik seperti para frater SVD Ledalero, frater projo Ritapiret, frater Karmel, frater Rogasionis, frater Scalabrinian serta rekan-rekan mereka yang awam pada hari Sabtu, 20 Nopember 2010 mengadakan kegiatan menanam bakau di lokasi yang dikelola oleh Baba Akong di Magepanda. Mereka didampingi oleh para Pembina mereka yang memang cinta pelestarian alam, Pater Feliks Baghi SVD, Pater Aleks Jebadu SVD dan penulis sendiri, Pater Ansel Meo SVD.

“Menanam bakau bukan sekedar untuk kepentingan perlindungan terhadap abrasi dari laut, tetapi untuk melindungi kehidupan,” kata Baba Akong di awal kuliah praktis bagi para mahasiswa STFK yang mengunjunginya siang itu. “Saya telah mengusahakannya sejak tahun 1993, bersama isteri dan anak-anak saya. Saya mencintai usaha dan hobi ini dan menjadikannya pilihan karya dan pelayanan saya untuk masyarakat dan untuk dunia,” lanjut bapak yang sudah nampak tua dan sakit-sakitan ini. Betapa tidak, kecintaannya kepada bakau telah membawa dia pula ke berbagai pelosok Indonesia untuk menanam bakau dan daripadanya ia memperoleh penghargaan Kalpataru di bidang lingkungan hidup.


Kegiatan penanaman bakau tak berlangsung lama, sekitar dua jam saja dan para mahasiswa serta pembinanya membawa masing-masing 3 pohon anakan bakau yang telah dikoker rapi oleh Bapa Akong dan menanamnya sesuai dengan petunjuk Baba Akong yang telah menjadi nara sumber tentang budi daya bakau ini bagi banyak kalangan. Bakau – bakau yang telah ditanamnya memang telah menjadi hutan bakau. “Di sini dulu tak ada nelayan yang mencari ikan, tetapi berkat bakau, ikan-ikan mulai banyak lagi dan para nelayan makin banyak yang mencari mata pencaharian di sini,” katanya sambil menunjuk puluhan perahu dan motor ikan milik para nelayan di teluk di hadapan kami.

Tanaman Bakau adalah tanaman yang hanya dapat kita temui temui di sekitar pantai. Tanaman ini memiliki beberapa jenis, yaitu:

1. Rhizophora : Rhizophora adalah tanaman bakau yang memiliki ciri-ciri: buahnya panjang tetapi akarnya ada yang menusuk ke dalam tanah dan menjalar di permukaan tanah.

2. Siapi-api : Siapi-api, dinamakan begitu karena akar tanaman bakau yang satu ini menjulang ke atas permukaan tanah menyerupai api, selain itu ternyata walaupun berakar panjang tetapi buah tanaman ini hanya sebesar kacang mededan memiliki rasa pahit, namun di orang-orang di pulau jawa mengolah buahnya menjadi keripik siapi-api dengan merendam buahnya selama 2 hari dengan air garam untuk menghilangkan rasa pahitnya, sehingga keripiknya dapat membuat konsumen merasa senang untuk mengkonsumsinya.

3. Pidada : Pidada, adalah bakau yang hanya dapat tumbuh, atau hanya dapat kita jumpai di sekitar sungai, maka bakau ini juga dinamakan bakau sungai. Ciri-cirinya, yaitu: daunnya pendek dan tipis, buahnya mirip seperti buah tomat, buah pohon bakau pidada dapat dikonsumsi oleh para monyet, namun tidak dapat dikonsumsi oleh manusia.

Tentang manfaat Hutan Bakau yang memiliki peranan penting bagi kehidupan kita, baba Akong berujar, “manfaat tanaman bakau memang banyak dan itu diperuntukan bagi kita. Beberapa manfaat yang bisa saya sebutkan, yaitu: mencegah abrasi pantai, menambah daratan, menyerap bahan kimia berbahaya yang ada di air sehingga air dapat dikonsumsi dan tidak mengandung racun, mencegah air laut masuk ke daratan sehingga mencegah banjir rob, dan sebagai tempat berkembang biak bagi para ikan laut. Bakau bisa menjadi perisai alam yang hebat bagi hidup kita dari serangan keganasan laut seperti tsunami, badai dan lain-lainnya,” kata Akong, penerima Kalpataru di bidang lingkungan hidup ini.
Ia masih menambahkan tentang kekhasan hutan bakau, katanya, “Indonesia sangat kaya dengan habitat hutan basah. Hutan basah yang sangat potensial adalah hutan bakau. Hutan diperbatasan darat dan lautan ini sering juga disebut sebagai hutan mangrove. Dinamai begitu karena jenis pohon bakau (rhizophora sp) dengan akar-akarnya yang khas mencuat dari permukaan air. Selain pohon bakau masih banyak jenis pohon dan tumbuhan lain yang ditemukan dikawasan hutan bakau.”

Memang benar. Ekosistim hutan bakau sangat unik, sebab meliputi tiga kawasan yaitu daratan, pantai, dan laut. Hutan bakau terdapat didaerah pasang surut sekitar muara sungai-sungai besar, dan dipantai pasang surut. Hutan bakau hanya ada dikawasan tropis sampai sub tropis dibelahan bumi utara dan selatan.

Tumbuhan bakau sangat khas , karena mampu beradaptasi dalam lingkungan yang kadar garamnya sangat tinggi akibat pasang surutnya air laut. Hutan bakau didaerah muara sungai bisa sangat lebat dan luas, dibanding hutan bakau pada pesisir yang bukan muara sungai.

Copyright © Ledalero, 20 Nopember 2010, by Anselmus Meo SVD

No comments:

Post a Comment